Spiritual Marketing sebagai ruh bisnis
Stephen R Covey, dalam bukunya The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness mengatakan bahwa faktor spiritual merupakan factor kunci terakhir yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam suatu perusahaan. Sedang Ahmad Riawan Amin, CEO Bank Muamalat Indonesia mengatakan, sebuah perusahaan yang baik tidak cukup hanya menciptakan good corporate governance, melainkan juga melaksanakan prinsip God corporate governance. Dengan itu, semua lini perusahaan bekerja tidak semata karena alasan financial, tetapi termotivasi oleh pengabdian kepada Sang Maha. Inilah yang dimaksud dengan semangat spiritual dalam konsep “prinsip-prinsip langit” (celestial principle).
Di era yang serba materialis, tidak gampang mensinergiskan antara kebutuhan kebendaan dengan faktor pengabdian kepada Sang Khaliq (spiritualisme). Karena kebutuhan hidup diukur dengan sesuatu yang kongkrit (kasat mata) sedang pengabdian diukur dengan pahala yang ghaib (tidak kasat mata) yang tidak langsung bisa dirasakan. Ketika kita dihadapkan antara pilihan mengeluarkan sejumlah uang untuk investasi bisnis dengan mengeluarkan untuk berzakat, sebagian diantara kita pasti akan memilih yang pertama. Jelas…karena itu menguntungkan.
Namun lain jadinya jika yang melakukan adalah orang yang telah memiliki seperangkat pemahaman, bahwa kehidupan ini semata-mata untuk beribadah (dalam artian luas) pada-Nya, yaitu Sang Pencipta. Dia tunjukkan dengan cara selalu melakukan ketaatan-ketaatan, maka pilihannya pasti yang kedua. Terlebih bagi mereka yang memahami kebahagiaan sejati sesungguhnya hanyalah mendapat ridlo Allah, sehingga tidak ada sesuatu yang diharapkannya selain kecintaan Allah swt pada dirinya. Inilah esensi spiritual itu. Dan inilah sikap serta ketaatan yang diajarkan oleh Islam dalam setiap langkah hidupnya, termasuk saat kita melakukan aktifitas bisnis.
Bisnis berlandaskan syariah sangat mengedepankan halal haram (dua kata yang menakutkan bagi sebagian kalangan. Pen.) sebagai pijakan utamanya, berbeda dengan konsep kapitalis yang selalu berpijak pada keuntungan semata. Hanya saja, seringkali halal haram berhenti di tataran fiqh, atau norma etis, dan tidak dikembangkan ke dalam sebuah sistem bisnis yang utuh. Dalam aktifitas marketing misalnya, halal haram akan tercermin dalam kejujuran seorang marketer tatkala melakukan negosiasi harga. Bukan saja tidak akan ada riswah (suap), atau korupsi dalam kamus mereka, begitupun penipuan. Tetapi yang dikedepankan adalah seperangkat layanan yang paling sempurna (satisfaction) yang akan memuaskan semua stakeholders (pelanggan, karyawan, pengelola, dan pemilik saham) secara syar’iy.
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw, “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang murah hati pada saat dia berbisnis, atau saat dia menuntut haknya” [al Hadits].
Spiritual marketing adalah puncak dari marketing itu sendiri. Ia akan memancarkan cahaya kebenaran di tengah-tengah kegelapan. Meluruskan praktik-praktik kecurangan, kebohongan, iklan palsu, penipuan, kezaliman, dan sebagainya.
Wallahu’alam bi ash showab.
Salam Sukses
dikutip dari Pulsagram club network (alifakbara nusawardana )
Di era yang serba materialis, tidak gampang mensinergiskan antara kebutuhan kebendaan dengan faktor pengabdian kepada Sang Khaliq (spiritualisme). Karena kebutuhan hidup diukur dengan sesuatu yang kongkrit (kasat mata) sedang pengabdian diukur dengan pahala yang ghaib (tidak kasat mata) yang tidak langsung bisa dirasakan. Ketika kita dihadapkan antara pilihan mengeluarkan sejumlah uang untuk investasi bisnis dengan mengeluarkan untuk berzakat, sebagian diantara kita pasti akan memilih yang pertama. Jelas…karena itu menguntungkan.
Namun lain jadinya jika yang melakukan adalah orang yang telah memiliki seperangkat pemahaman, bahwa kehidupan ini semata-mata untuk beribadah (dalam artian luas) pada-Nya, yaitu Sang Pencipta. Dia tunjukkan dengan cara selalu melakukan ketaatan-ketaatan, maka pilihannya pasti yang kedua. Terlebih bagi mereka yang memahami kebahagiaan sejati sesungguhnya hanyalah mendapat ridlo Allah, sehingga tidak ada sesuatu yang diharapkannya selain kecintaan Allah swt pada dirinya. Inilah esensi spiritual itu. Dan inilah sikap serta ketaatan yang diajarkan oleh Islam dalam setiap langkah hidupnya, termasuk saat kita melakukan aktifitas bisnis.
Bisnis berlandaskan syariah sangat mengedepankan halal haram (dua kata yang menakutkan bagi sebagian kalangan. Pen.) sebagai pijakan utamanya, berbeda dengan konsep kapitalis yang selalu berpijak pada keuntungan semata. Hanya saja, seringkali halal haram berhenti di tataran fiqh, atau norma etis, dan tidak dikembangkan ke dalam sebuah sistem bisnis yang utuh. Dalam aktifitas marketing misalnya, halal haram akan tercermin dalam kejujuran seorang marketer tatkala melakukan negosiasi harga. Bukan saja tidak akan ada riswah (suap), atau korupsi dalam kamus mereka, begitupun penipuan. Tetapi yang dikedepankan adalah seperangkat layanan yang paling sempurna (satisfaction) yang akan memuaskan semua stakeholders (pelanggan, karyawan, pengelola, dan pemilik saham) secara syar’iy.
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw, “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang murah hati pada saat dia berbisnis, atau saat dia menuntut haknya” [al Hadits].
Spiritual marketing adalah puncak dari marketing itu sendiri. Ia akan memancarkan cahaya kebenaran di tengah-tengah kegelapan. Meluruskan praktik-praktik kecurangan, kebohongan, iklan palsu, penipuan, kezaliman, dan sebagainya.
Wallahu’alam bi ash showab.
Salam Sukses
dikutip dari Pulsagram club network (alifakbara nusawardana )
Kumpulan artikel
Tip memperoleh modal
Salah satu faktor penting yang diperlukan untuk membuka usaha adalah modal. Modal yang diperlukan untuk usaha biasanya terbagi menjadi tiga: Modal Investasi Awal, Modal Kerja, dan Modal Operasional. Namun setelah mengetahui hal ini, beberapa orang malah makin pusing. “Menghitung modal sih memang gampang. Masalahnya sekarang, gimana caranya supaya modalnya bisa terkumpul?” begitu mungkin yang Anda pikirkan.
Ini memang bahasan menarik, karena banyak orang kesulitan mengumpulkan modal usaha. Sebagai contoh, kalau seseorang ingin buka usaha laundry dengan memiliki mesin cuci sendiri, dan ia membutuhkan modal dana sebesar Rp 20 juta, sementara dananya sendiri baru Rp 3 juta, darimana ia bisa mengumpulkan modal?
Ada tiga jalan untuk mengumpulkan modal usaha:
1. Modal sendiri
Pertama jelas, kalau Anda ingin membuka usaha, Anda bisa memakai modal sendiri. Caranya bisa dengan mengambil dari simpanan yang Anda miliki sekarang, entah dari tabungan atau deposito, atau dengan menjual aset yang Anda punya. Sebagai contoh, banyak orang yang menjual sepeda motornya untuk dijadikan modal usaha, atau menjual perhiasan yang dimiliki.
Menjual barang untuk menambah modal usaha adalah hal yang biasa. Yang paling penting, jangan merasa terlalu sayang untuk menjual beberapa aset Anda untuk menambah modal usaha. Contohnya, kalau Anda tidak mempunyai uang untuk modal usaha dan harus menjual perhiasan Anda, ya jual saja. Kelak bila usaha Anda sudah berhasil, Anda toh bisa membeli lagi perhiasan yang lebih bagus. Betul, nggak?
2. Meminjam
Meminjam uang untuk modal usaha juga sering dilakukan orang. Dengan meminjam, seringkali usaha yang memang Anda impikan bisa lebih cepat terwujud. Hal ini lebih baik daripada menunggu hingga modal terkumpul. Hanya saja, karena modal itu Anda dapatkan dengan meminjam, Anda betul-betul harus memperhatikan cash flow Anda. Ini karena Anda pasti harus mengembalikan uang yang Anda pinjam. Entah dengan mengembalikannya secara bulanan, 6 bulanan, atau mungkin tahunan.
Dalam hal meminjam, bahwa banyak orang yang seringkali terlalu fokus kepada bagaimana mereka bisa mendapatkan pinjaman, tetapi tidak memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Jadi, ketika meminjam, cobalah untuk memikirkan bagaimana caranya Anda bisa mengembalikan pinjaman tersebut.
Tipsnya, ketika Anda memikirkan caranya, jangan terlalu optimis bahwa pendapatan dari usaha Anda pasti bisa langsung besar di bulan-bulan pertama. Kalau perlu, buatlah perkiraan sepesimis mungkin. Dari perkiraan yang pesimis tersebut, Anda pasti bisa melakukan penilaian apakah pengembalian yang akan Anda lakukan nantinya bisa lancar atau tidak.
3. Kerja sama
Daripada Anda memakai dana milik Anda sendiri semuanya, atau daripada Anda meminjam, mengapa tidak mencoba menjalin kerja sama dengan orang lain? Dengan menjalin kerja sama, maka risiko usaha Anda bisa lebih kecil karena harus dibagi bersama teman-teman Anda. Cuma, keuntungan yang Anda dapatkan tentu juga harus dibagi. Artinya, risiko dibagi, keuntungan juga harus dibagi.
Sekarang masalahnya, adakah orang yang mau kerjasama dengan Anda? Itu tergantung apakah Anda bisa dengan baik menawarkan keuntungan yang masuk akal pada usaha yang Anda tawarkan. Tetapi, tawaran keuntungan saja belum cukup lho. Anda juga harus bisa memberikan pendekatan yang baik, tidak sombong pada orang-orang yang ingin Anda ajak kerjasama.
Selain itu, bila memungkinkan, penjelasan yang Anda berikan juga harus masuk akal, seadanya, dan tidak melulu memaparkan keuntungan pada orang yang ingin Anda ajak kerjasama.
Nah, sekarang, Anda sudah tahu bagaimana mengumpulkan modal untuk membuka usaha. Mudah-mudahan dari tiga pilihan tersebut di atas, Anda bisa menentukan pilihan mana yang terbaik.
Sumber : Kompas
perihal: "Salah satu faktor penting yang diperlukan untuk membuka usaha adalah modal. Modal yang diperlukan untuk usaha biasanya terbagi menjadi tiga: Modal Investasi Awal, Modal Kerja, dan Modal Operasional. Namun setelah mengetahui hal ini, beberapa orang malah makin pusing. “Menghitung modal sih memang gampang. Masalahnya sekarang, gimana caranya supaya modalnya bisa terkumpul?” begitu mungkin yang Anda pikirkan. Ini memang bahasan menarik, karena banyak orang kesulitan mengumpulkan modal usaha. Sebagai contoh, kalau seseorang ingin buka usaha laundry dengan memiliki mesin cuci sendiri, dan ia membutuhkan modal dana sebesar Rp 20 juta, sementara dananya sendiri baru Rp 3 juta, darimana ia bisa mengumpulkan modal? Ada tiga jalan untuk mengumpulkan modal usaha: 1. Modal sendiri Pertama jelas, kalau Anda ingin membuka usaha, Anda bisa memakai modal sendiri. Caranya bisa dengan mengambil dari simpanan yang Anda miliki sekarang, entah dari tabungan atau deposito, atau dengan menjual aset yang Anda punya. Sebagai contoh, banyak orang yang menjual sepeda motornya untuk dijadikan modal usaha, atau menjual perhiasan yang dimiliki. Menjual barang untuk menambah modal usaha adalah hal yang biasa. Yang paling penting, jangan merasa terlalu sayang untuk menjual beberapa aset Anda untuk menambah modal usaha. Contohnya, kalau Anda tidak mempunyai uang untuk modal usaha dan harus menjual perhiasan Anda, ya jual saja. Kelak bila usaha Anda sudah berhasil, Anda toh bisa membeli lagi perhiasan yang lebih bagus. Betul, nggak? 2. Meminjam Meminjam uang untuk modal usaha juga sering dilakukan orang. Dengan meminjam, seringkali usaha yang memang Anda impikan bisa lebih cepat terwujud. Hal ini lebih baik daripada menunggu hingga modal terkumpul. Hanya saja, karena modal itu Anda dapatkan dengan meminjam, Anda betul-betul harus memperhatikan cash flow Anda. Ini karena Anda pasti harus mengembalikan uang yang Anda pinjam. Entah dengan mengembalikannya secara bulanan, 6 bulanan, atau mungkin tahunan. Dalam hal meminjam, bahwa banyak orang yang seringkali terlalu fokus kepada bagaimana mereka bisa mendapatkan pinjaman, tetapi tidak memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Jadi, ketika meminjam, cobalah untuk memikirkan bagaimana caranya Anda bisa mengembalikan pinjaman tersebut. Tipsnya, ketika Anda memikirkan caranya, jangan terlalu optimis bahwa pendapatan dari usaha Anda pasti bisa langsung besar di bulan-bulan pertama. Kalau perlu, buatlah perkiraan sepesimis mungkin. Dari perkiraan yang pesimis tersebut, Anda pasti bisa melakukan penilaian apakah pengembalian yang akan Anda lakukan nantinya bisa lancar atau tidak. 3. Kerja sama Daripada Anda memakai dana milik Anda sendiri semuanya, atau daripada Anda meminjam, mengapa tidak mencoba menjalin kerja sama dengan orang lain? Dengan menjalin kerja sama, maka risiko usaha Anda bisa lebih kecil karena harus dibagi bersama teman-teman Anda. Cuma, keuntungan yang Anda dapatkan tentu juga harus dibagi. Artinya, risiko dibagi, keuntungan juga harus dibagi. Sekarang masalahnya, adakah orang yang mau kerjasama dengan Anda? Itu tergantung apakah Anda bisa dengan baik menawarkan keuntungan yang masuk akal pada usaha yang Anda tawarkan. Tetapi, tawaran keuntungan saja belum cukup lho. Anda juga harus bisa memberikan pendekatan yang baik, tidak sombong pada orang-orang yang ingin Anda ajak kerjasama. Selain itu, bila memungkinkan, penjelasan yang Anda berikan juga harus masuk akal, seadanya, dan tidak melulu memaparkan keuntungan pada orang yang ingin Anda ajak kerjasama. Nah, sekarang, Anda sudah tahu bagaimana mengumpulkan modal untuk membuka usaha. Mudah-mudahan dari tiga pilihan tersebut di atas, Anda bisa menentukan pilihan mana yang terbaik. Sumber : Kompas"
Salah satu faktor penting yang diperlukan untuk membuka usaha adalah modal. Modal yang diperlukan untuk usaha biasanya terbagi menjadi tiga: Modal Investasi Awal, Modal Kerja, dan Modal Operasional. Namun setelah mengetahui hal ini, beberapa orang malah makin pusing. “Menghitung modal sih memang gampang. Masalahnya sekarang, gimana caranya supaya modalnya bisa terkumpul?” begitu mungkin yang Anda pikirkan.
Ini memang bahasan menarik, karena banyak orang kesulitan mengumpulkan modal usaha. Sebagai contoh, kalau seseorang ingin buka usaha laundry dengan memiliki mesin cuci sendiri, dan ia membutuhkan modal dana sebesar Rp 20 juta, sementara dananya sendiri baru Rp 3 juta, darimana ia bisa mengumpulkan modal?
Ada tiga jalan untuk mengumpulkan modal usaha:
1. Modal sendiri
Pertama jelas, kalau Anda ingin membuka usaha, Anda bisa memakai modal sendiri. Caranya bisa dengan mengambil dari simpanan yang Anda miliki sekarang, entah dari tabungan atau deposito, atau dengan menjual aset yang Anda punya. Sebagai contoh, banyak orang yang menjual sepeda motornya untuk dijadikan modal usaha, atau menjual perhiasan yang dimiliki.
Menjual barang untuk menambah modal usaha adalah hal yang biasa. Yang paling penting, jangan merasa terlalu sayang untuk menjual beberapa aset Anda untuk menambah modal usaha. Contohnya, kalau Anda tidak mempunyai uang untuk modal usaha dan harus menjual perhiasan Anda, ya jual saja. Kelak bila usaha Anda sudah berhasil, Anda toh bisa membeli lagi perhiasan yang lebih bagus. Betul, nggak?
2. Meminjam
Meminjam uang untuk modal usaha juga sering dilakukan orang. Dengan meminjam, seringkali usaha yang memang Anda impikan bisa lebih cepat terwujud. Hal ini lebih baik daripada menunggu hingga modal terkumpul. Hanya saja, karena modal itu Anda dapatkan dengan meminjam, Anda betul-betul harus memperhatikan cash flow Anda. Ini karena Anda pasti harus mengembalikan uang yang Anda pinjam. Entah dengan mengembalikannya secara bulanan, 6 bulanan, atau mungkin tahunan.
Dalam hal meminjam, bahwa banyak orang yang seringkali terlalu fokus kepada bagaimana mereka bisa mendapatkan pinjaman, tetapi tidak memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Jadi, ketika meminjam, cobalah untuk memikirkan bagaimana caranya Anda bisa mengembalikan pinjaman tersebut.
Tipsnya, ketika Anda memikirkan caranya, jangan terlalu optimis bahwa pendapatan dari usaha Anda pasti bisa langsung besar di bulan-bulan pertama. Kalau perlu, buatlah perkiraan sepesimis mungkin. Dari perkiraan yang pesimis tersebut, Anda pasti bisa melakukan penilaian apakah pengembalian yang akan Anda lakukan nantinya bisa lancar atau tidak.
3. Kerja sama
Daripada Anda memakai dana milik Anda sendiri semuanya, atau daripada Anda meminjam, mengapa tidak mencoba menjalin kerja sama dengan orang lain? Dengan menjalin kerja sama, maka risiko usaha Anda bisa lebih kecil karena harus dibagi bersama teman-teman Anda. Cuma, keuntungan yang Anda dapatkan tentu juga harus dibagi. Artinya, risiko dibagi, keuntungan juga harus dibagi.
Sekarang masalahnya, adakah orang yang mau kerjasama dengan Anda? Itu tergantung apakah Anda bisa dengan baik menawarkan keuntungan yang masuk akal pada usaha yang Anda tawarkan. Tetapi, tawaran keuntungan saja belum cukup lho. Anda juga harus bisa memberikan pendekatan yang baik, tidak sombong pada orang-orang yang ingin Anda ajak kerjasama.
Selain itu, bila memungkinkan, penjelasan yang Anda berikan juga harus masuk akal, seadanya, dan tidak melulu memaparkan keuntungan pada orang yang ingin Anda ajak kerjasama.
Nah, sekarang, Anda sudah tahu bagaimana mengumpulkan modal untuk membuka usaha. Mudah-mudahan dari tiga pilihan tersebut di atas, Anda bisa menentukan pilihan mana yang terbaik.
Sumber : Kompas
perihal: "Salah satu faktor penting yang diperlukan untuk membuka usaha adalah modal. Modal yang diperlukan untuk usaha biasanya terbagi menjadi tiga: Modal Investasi Awal, Modal Kerja, dan Modal Operasional. Namun setelah mengetahui hal ini, beberapa orang malah makin pusing. “Menghitung modal sih memang gampang. Masalahnya sekarang, gimana caranya supaya modalnya bisa terkumpul?” begitu mungkin yang Anda pikirkan. Ini memang bahasan menarik, karena banyak orang kesulitan mengumpulkan modal usaha. Sebagai contoh, kalau seseorang ingin buka usaha laundry dengan memiliki mesin cuci sendiri, dan ia membutuhkan modal dana sebesar Rp 20 juta, sementara dananya sendiri baru Rp 3 juta, darimana ia bisa mengumpulkan modal? Ada tiga jalan untuk mengumpulkan modal usaha: 1. Modal sendiri Pertama jelas, kalau Anda ingin membuka usaha, Anda bisa memakai modal sendiri. Caranya bisa dengan mengambil dari simpanan yang Anda miliki sekarang, entah dari tabungan atau deposito, atau dengan menjual aset yang Anda punya. Sebagai contoh, banyak orang yang menjual sepeda motornya untuk dijadikan modal usaha, atau menjual perhiasan yang dimiliki. Menjual barang untuk menambah modal usaha adalah hal yang biasa. Yang paling penting, jangan merasa terlalu sayang untuk menjual beberapa aset Anda untuk menambah modal usaha. Contohnya, kalau Anda tidak mempunyai uang untuk modal usaha dan harus menjual perhiasan Anda, ya jual saja. Kelak bila usaha Anda sudah berhasil, Anda toh bisa membeli lagi perhiasan yang lebih bagus. Betul, nggak? 2. Meminjam Meminjam uang untuk modal usaha juga sering dilakukan orang. Dengan meminjam, seringkali usaha yang memang Anda impikan bisa lebih cepat terwujud. Hal ini lebih baik daripada menunggu hingga modal terkumpul. Hanya saja, karena modal itu Anda dapatkan dengan meminjam, Anda betul-betul harus memperhatikan cash flow Anda. Ini karena Anda pasti harus mengembalikan uang yang Anda pinjam. Entah dengan mengembalikannya secara bulanan, 6 bulanan, atau mungkin tahunan. Dalam hal meminjam, bahwa banyak orang yang seringkali terlalu fokus kepada bagaimana mereka bisa mendapatkan pinjaman, tetapi tidak memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Jadi, ketika meminjam, cobalah untuk memikirkan bagaimana caranya Anda bisa mengembalikan pinjaman tersebut. Tipsnya, ketika Anda memikirkan caranya, jangan terlalu optimis bahwa pendapatan dari usaha Anda pasti bisa langsung besar di bulan-bulan pertama. Kalau perlu, buatlah perkiraan sepesimis mungkin. Dari perkiraan yang pesimis tersebut, Anda pasti bisa melakukan penilaian apakah pengembalian yang akan Anda lakukan nantinya bisa lancar atau tidak. 3. Kerja sama Daripada Anda memakai dana milik Anda sendiri semuanya, atau daripada Anda meminjam, mengapa tidak mencoba menjalin kerja sama dengan orang lain? Dengan menjalin kerja sama, maka risiko usaha Anda bisa lebih kecil karena harus dibagi bersama teman-teman Anda. Cuma, keuntungan yang Anda dapatkan tentu juga harus dibagi. Artinya, risiko dibagi, keuntungan juga harus dibagi. Sekarang masalahnya, adakah orang yang mau kerjasama dengan Anda? Itu tergantung apakah Anda bisa dengan baik menawarkan keuntungan yang masuk akal pada usaha yang Anda tawarkan. Tetapi, tawaran keuntungan saja belum cukup lho. Anda juga harus bisa memberikan pendekatan yang baik, tidak sombong pada orang-orang yang ingin Anda ajak kerjasama. Selain itu, bila memungkinkan, penjelasan yang Anda berikan juga harus masuk akal, seadanya, dan tidak melulu memaparkan keuntungan pada orang yang ingin Anda ajak kerjasama. Nah, sekarang, Anda sudah tahu bagaimana mengumpulkan modal untuk membuka usaha. Mudah-mudahan dari tiga pilihan tersebut di atas, Anda bisa menentukan pilihan mana yang terbaik. Sumber : Kompas"
Artikel artikel wirausaha
INGIN BERWIRAU
Kalau kita baca disurat kabar mengenai lowongan kerja, ternyata banyak sekali penawaran kerja yang dipasang. Namun kenapa kok sampai sekarang masih banyak tenaga pengangguran, atau bagi yang sudah mendapatkan pekerjaan, ternyata sebagian besar tarap hidupnya masih kembang kempis.
Artinya apa sih ..?.
Memang penawaran kerja cukup banyak, namun banyak juga calon tenaga kerja yang melamar, ternyata kemampuannya tidak cocok, nggak siap pakailah gitu istilahnya.
Dan bagi yang sudah bekerja, ternyata juga masih banyak yang belum mendapatkan posisi yang pas dengan kemampuan yang dimiliki. Contohnya, teman saya keluaran salah satu perguruan tinggi, namun kerjanya hanya sebagai clerical saja atau ada juga lulusan D3 yang bekerja di mall, ngga jelas sebagai apa .
Dari pada menganggur, biarlah sebagai "batu loncatan" dulu untuk meraih kedudukan yang diidamkan, kilahnya.
Akibatnya besar pasak dari pada tiang. Kerja kendor makan kuat. Bayangin gaya hidupnya kaya manager, padahal kedudukannya hanya staff saja.
Lalu kenapa tidak memilih wirausahasaja sebagai jalan keluarnya ?. Tentunya yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan pribadi anda.
Memang banyak orang berhayal untuk menjadi wirausahawan, tentunya wirausahawan yang sukses. Namun apa daya,
ketakutan untuk mengambil resiko dan ketidak pastian tentang masa depan, adalah merupakan hambatan utama untuk tercapainya cita-cita tersebut.
Namun tanpa disadari, orang selalu menyalahkan faktor "modal uang"lah yang menjadi kambing hitam.
"Modal wirausaha bukan hanya dana dan usaha. Yang tak kalah pentingnya adalah ketrampilan dan kiat-kiat yang lainnya"
Ngga percaya ?, cobalah simak tulisan tulisan berikut di website ini. Disini Anda akan menemukan bermacam-macam tulisan yang akan memberi semangat Anda, dalam mempertimbangkan berbagai aspek untuk memulai suatu usaha dalam sudut pandang yang berbeda.
- Bagaimana mencari sumber MODAL untuk kebutuhan membangun usaha Anda.
- Bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan pada diri Anda.
- Bagaimana membuat rencana usaha sehingga menarik orang untuk menanamkan modal pada usaha Anda.
- Bagaimana mengetahui beberapa pertimbangan penting untuk dapat membedakan keberhasilan dan kegagalan rencana usaha yang akan Anda jalankan... dst dst.
Tanpa mengenal dan meyelami apa itu wirausaha dan bagaimana sifat-sifat yang telah dimiliki wirausahawan yang sukses, maka jalan untuk menuju keberhasilan usaha akan menghadapi jalan yang berliku-liku, bukan tidak mungkin menjadi buntu, alias cepat putus asa. Coba klik tulisan dibawah ini.
POTRET WIRAUSAHAWAN
Dengan mengetahui gambaran seorang wirausahawan sukses, Anda dapat mengetahui mengenai kepribadian yang anda miliki, apakah Anda potensial untuk menjadi wirausahawan atau Anda harus banyak belajar untuk merubah dan meningkatkan kepribadian Anda.
USAHA APA YANG COCOK BUAT DIRI ANDA?
Sebelum memilih kira-kira usaha apa yang cocok buat Anda, sebaiknya cobalah melakukan penilaian atas diri Anda secara jujur.
Setelah saya cari-cari di internet mengenai kiat-kiat usaha dan beberapa buku mengenai wiraswasta atau wirausaha, dapat disimpulkan bahwa untuk "memilih usaha apa yang tepat" bukanlah awal yang penting, tapi "keberhasilan memulai usaha itu" adalah suatu hal yang paling penting untuk kita cermati lebih dalam.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa memulai suatu usaha, tentunya suatu usaha yang baik dan sesuai dengan kemampuan dan kesenangan pribadi !. Nah agar ada keberhasilan dalam memulai suatu usaha, tentunya harus ada faktor yang mempengaruhinya. Yaitu,pertama adalah faktor peluang dan yang kedua adalah faktor kesiapan dan kesigapan diri untuk dapat segera memanfaatkan peluang tersebut. Demikian jawaban Ir. Achsan Permas, M.B.A. salah satu pengajar Lembaga PPM.
Kedua faktor tersebut saling berkait atau sulit dipisahkan. Jika kita hanya memiliki salah satu faktor saja, maka kita akan sulit untuk segera memulai usaha. Misalnya ada peluang usaha, namun kita tidak mempunyai kesiapan modal, atau keahlian yang kita miliki tidak cocok dengan peluang tersebut. Maka jelas kita tidak bisa segera memanfaatkan peluang tersebut. Atau kita mempunyai kesiapan modal dan keahlian, namun peluang usaha yang ditunggu-tunggu tidak pernah kunjung datang.
Lalu apa hubungannya antara kedua faktor tersebut diatas dengan pertanyaan sebelumnya mengenai "Bagaimana memilih usaha yang tepat ?"
Seperti telah disimpulkan diatas bahwa keberhasilan usaha bukanlah ditentukan oleh pilihan, namun memulai usaha itulah yang lebih penting. Nah dengan menerapkan kedua faktor itu marilah kita memulai usaha.
PERTAMA, MENILAI KEMAMPUAN PRIBADI
Pikirkan tentang bakat kepribadian yang diperlukan untuk mencapai sukses dalam berbisnis. Apa yang telah kita miliki, apa keahlian kita, apa motivasi kita, kesigapan apa yang ada pada diri kita.
Anda pernah baca artikel mengenai pembuat TAS yang berhasil dari Tajur, Bogor. Sebelumnya dia adalah pengrajin sepatu dan sempat dikirim kePerancis oleh perusahaanya tempat bekerja. Namun ternyata diPerancis dia lebih tertarik dengan bermacam-macam tas yang ada dietalase toko-toko yang ada di Perancis. Setelah pulang dari Perancis. Bukannya membuat sepatu diperusahaan tempatnya bekerja, malah dengan ketekatannya, beliau keluar dari perusahaan dan membuat kerajinan Tas sendiri, seperti apa yang ia idam-idamkan. Setelah dipasarkan kesana kemari, sekarang showroomnya di Bogor setiap Sabtu dan Minggu berjubel peminatnya.
Dengan berbekal keahlian, motivasi, kemauan maka itu merupakan modal untuk memulai mengembangkan usaha. Jadi kalau ingin memilih usaha yang tepat, maka mulailah usaha dari apa yang anda miliki.
KEDUA, BAGAIMANA MENCARI PELUANG USAHA
Peluang usaha sangat banyak disekitar kita. Mulai dari usaha bermodal dengkul sampai usaha yang memerlukan modal tidak sedikit. Dari usaha jual obat dipinggir jalan sampai jual obat di mall dan apotek. Jadi janganlah Anda berpikir saya belum berusaha karena belum ada peluang. Padahal pada umumnya dikarenakan Anda tidak siap atau tidak sigap.
Untuk mudahnya, marilah kita lihat disekitar keliling kita sumber-sumber peluang usaha untuk kita kenali, pelajari dan kita kembangkan lebih lanjut, sehingga kita mempunyai beberapa pilihan usaha yang kita minati dan sesuai kemampuan kita.
Beberapa sumber peluang usaha misalnya :
Buku daftar telepon. Biasa juga disebut buku kuning yang memuat daftar produk atau jasa yang berhubungan dengan usaha kecil. Misalnya Anda berminat dengan perkebunan, maka Anda akan mendapatkan semua klasifikasi yang berhubungan dengan berkebun seperti jenis bunga, arsitek penataan kebun, obat-obatan untuk tanaman dll. Buat daftar mana saja yang Anda sukai.
Koran & Majalah. Anda dapat berlangganan koran atau tabloid yang sering menginformasikan berbagai ide dan peluang usaha, dan juga iklan-iklan yang menawarkan kerja sama dll. Jika Anda membacanya, pikirkanlah peluang bisnis yang ada atau kecenderungan usaha yang mungkin dapat Anda kembangkan lagi.
Hobi & bepergian. Kapan saja Anda bepergian lihat sekeliling dimana Anda berada. Toko-toko pakaian, makanan, bengkel, kerajinan, mebel dan lain sebagainya. Jika Anda menemui sesuatu yang menarik, cobalah Anda tanya dan berdiskusi dengan pemilik usaha tersebut, darimana produknya disuplai, apa usahanya cukup maju, apakah barang yang Anda lihat banyak peminat atau tidak dll. Tehnik bertanyanya terserah Anda, apa pura-pura membeli, menawar, memuji keindahannya, komentar kok pelanggannya banyak dlsb.
Kunjungi Toko Buku. Toko buku selain tempat untuk membeli berbagai buku bacaan atau keperluan sekolah. Namun banyak juga toko buku yang menjual buku berbagai ide usaha. Coba anda lihat-lihat atau minta catalog buku. Mungkin saja ada buku yang memberi ide usaha untuk Anda lakukan. Untuk mudahnya agar tidak semua buku Anda borong, sebaiknya catat saja dahulu judul-judul yang memberikan ide usaha kepada Anda. jika Anda sudah menyeleksi dan mempunyai beberapa pilihan yang paling mendekati keinginan Anda, barulah dibeli.
Teman atau kenalan. Bersilahturahmi kepada teman-teman adalah pekerjaan yang baik sekali dan dianjurkan oleh agama islam. Beritahu mereka tentang minat Anda mencari produk atau usaha tertentu. Tanyakan pada mereka apa yang mereka lakukan. Kalau mereka bergelut dalam dunia bisnis tanyakan bagaimana kondisi terakhir dunia perbisnisan, tanyakan bagaimana mereka memulai bisnis, bagaimana rencana masa depan , bagaimana mereka menilai kebutuhan pasar. Jika usaha yang Anda minati ada diantara mereka, cobalah dekati mereka lebih dalam, misalnya ajak mereka makan siang atau malam, bertamu kerumahnya, berkunjung ketempat usahanya dll.
Masih banyak sumber-sumber informasi peluang yang bisa Anda jajaki, misalnya perpustakaan, distributor, pedagang grosir, pasar, mall, pelanggan dari suatu perusahaan, berbagai ekspor/import, jasa informasi produk lisensi, internet, pameran, bazar, seminar, supermarket dll.
Ingat, agar usaha mencari peluang usaha ini tidak sia-sia, maka setiap ada jenis usaha, jasa atau produk yang Anda temui dan minati, semua itu harus dicatat. Kemudian suatu saat kita lakukan beberapa ketentuan atau kriteria untuk segera mengambil keputusan yang paling tepat atau mendekati pilihan Anda.
Tanpa Anda melakukan ini, maka Anda akan terjebak terus untuk mencari peluang usaha. Sehingga jika bertemu teman lama, Anda masih berstatus PENGANGGURAN. Dan kalau Anda ditanya Anda selalu berkata "Saya belum mendapat PELUANG", belum ada usaha yang COCOK dan berbagai alasan lainnya..
KETIGA, KRITERIA MEMILIH PELUANG USAHA
Jika Anda sudah mempunyai daftar beberapa peluang usaha yang sudah Anda survey dengan baik. Maka sudah waktunyalah Anda untuk menentukan pilihan usaha apa yang akan Anda lakukan.
Sebelum Anda menentukan peluang usaha apa, maka cobalah beberapa kriteria analisis ini disimak dahulu untuk memudahkan peluang usaha mana yang akan Anda pilih :
Analisa Modal. Berapa besar modal yang diperlukan untuk bisnis tersebut. Berapa modal yang Anda miliki. Kalau masih kurang, adakah modal lain.
Analisa Penghasilan. Berapa besar keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha tersebut. Berapa besar kebutuhan hidup Anda. Kalau masih kurang, masih bisakah cari tambahan lain.
Analisa Sektor Usaha. Apakah sektor ini merupakan salah satu keinginan Anda. Beri urutan, dimana usaha yang paling Anda minati diurutan atas.
Analisa Jam Kerja. Apakah usaha ini akan menyita habis waktu Anda dan keluarga Anda. Atau waktunya normal (jam 08 s/d jam 17), atau waktunya bisa Anda atur sendiri. Tujuh hari atau lima hari seminggu atau terserah Anda untuk mengaturnya berapa hari perminggu.
Analisa prospek. Pelajari keadaan usaha sejenis tersebut saat ini dan masa depan. Dari sekian daftar usaha, mana yang paling memberikan prospek baik saat ini maupun masa depan.
Dan masih banyak lagi ktritea lain yang Anda sendiri bisa tentukan. Setelah itu buatlah daftar peluang usaha apa saja yang Anda temukan sesuai dengan kemampuan diri Anda.
KEEMPAT. PILIHAN TERAKHIR.
Setelah Anda mempunyai urutan atau score/nilai daftar beberapa peluang usaha. Kemudian pilihlah 3 (tiga) peluang mana yang paling sesuai memenuhi kondisi, minat, kemampuan dan kesigapan Anda.
Sebelum penentuan pemilihan terakhir, cobalah periksa kembali kriteria dari setiap pilihan. Tanyakan kepada beberapa teman, mintalah pendapatnya dari ketiga usaha tersebut mana yang paling cocok buat Anda dan beserta alasan.
Ingat, apapun pendapat teman Anda, yang menjadi pertimbangan utama Anda adalah tetap KEMAMPUAN dan KEINGINAN ANDA.
Nah, mudah-mudahan dengan beberapa metode diatas Anda semua sudah bisa segera memulai usaha. Sekarang terserah Anda.
Seperti apa yang ditulis oleh Ir. Achsan Permas, M.B.A. Lakukanlah pilihan usaha Anda. Sambil berjalan, usahankan untuk melakukan pengembangan usaha tersebut, terus kembangkan keahlian dan kesigapan Anda, sehingga Anda akan selalu siap dan sigap dalam menangkap peluang yang ada, yang kadang-kadang tidak dapat diduga datangnya. Contohnya krisis moneter saat ini yang merupakan peluang bagi para pengeksport hasil bumi nusantara ini.